BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Batubara merupakan bahan bakar fosil berupa mineral organik yang dapat terbakar, yang terbentuk dari sisa tumbuhan purba yang mengendap yang selanjutnya berubah bentuk akibat proses fisika dan kimia yang berlangsung selama jutaan tahun.
Pada saat ini, penggunaan batubara sebagai alternatif sumber energi primer sedang naik pamor, dibandingkan penggunaan minyak dan gas yang harganya relatif lebih mahal. Selain didasari juga oleh beberapa faktor lain, seperti tersedianya cadangan batubara yang sangat banyak dan tersebar luas, sekitar lebih dari 984 milyar ton tersebar di seluruh dunia. Kemudian, batubara dapat diperoleh dari banyak sumber di pasar dunia dengan pasokan yang stabil, serta aman untuk ditransportasikan dan disimpan. Kemudian, pengaruh pemanfaatan batubara terhadap lingkungan disekitarnya sudah dipahami dan dipelajari secara luas, sehingga teknologi batubara bersih dapat dikembangkan dan diaplikasikan.
Dalam makalah ini dituliskan mengenai klasifikasi batubara yang ditentukan berdasarkan hasil analisa terhadap beberapa parameter batubara, yaitu seperti Pengklasifikasian batubara didasarkan pada derajat dan kualitas dari batubara tersebut, atau pun pengklasifikasian batubara tersebut berdasarkan umurnya. Batubara dan minyak bumi merupakan bahan karbon. Secara umum klasifikasi hidrokarbon dibagi menjadi tiga yaitu: Gaseous, Bituminuous( batubara dan minyak bumi), Waxy. Klasifikasi batubara ditentukan berdasarkan hasil analisa terhadap beberapa parameter batubara. Dari klasifikasi ini dapat dilihat peringkat batubara. Berdasarkan klasifikasi menurut Faser yaitu: Type Fuel Ratio; Antracite 100-12; Semi Antracite 12-8; Semi Bituminous 8-5; Bituminous 5-0.
Jadi Batu bara itu adalah bahan bakar fosil. Batu bara dapat terbakar, terbentuk dari endapan, batuan organik yang terutama terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batu bara terbentuk dari tumbuhan yang telah terkonsolidasi antara strata batuan lainnya dan diubah oleh kombinasi pengaruh tekanan dan panas selama jutaan tahun sehingga membentuk lapisan batu bara. Batu bara dengan mutu yang rendah, seperti batu bara muda dan sub-bitumen biasanya lebih lembut dengan materi yang rapuh dan berwarna suram seperti tanah. Baru bara muda memilih tingkat kelembaban yang tinggi dan kandungan karbon yang rendah, dan dengan demikian kandungan energinya rendah. Batu bara muda biasanya digunakan untuk pembangkit tenaga listrik dan persentase penggunaan cadangannya didunia sekitar 17 %, sedangkan untuk sub-bitumen biasanya digunakan untuk Pembangkit listrik, Produksi semen dan Penggunaan untuk industri. Sub-bitumen ini penggunaan cadangannya didunia sekitar 30 % Batu bara dengan mutu yang lebih tinggi umumnya lebih keras dan kuat dan seringkali berwarna hitam cemerlang seperti kaca. Batu bara dengan mutu yang lebih tinggi memiliki kandungan karbon yang lebih banyak, tingkat kelembaban yang lebih rendah dan menghasilkan energi yang lebih banyak. Biasanya batubara yang tergolong seperti ini adalah bitumen dan antrasit. Bitumen penggunaan cadangannya didunia sekitar 52 % dan antrasit penggunaan cadangannya didunia sekitar 1 %. Antrasit merupakan batubara yang paling tinggi mutunya yang biasanya digunakan untuk bahan bakar minyak tanpa asap.
1.2 Tujuan
- Mempelajari pengklasifikasian batubara didasarkan pada derajat dan kualitas batubara
- Mempelajari Rank yaitu peringkat dan derajad batubara berdasarkan proses pengubahan atau genesa batubara
- Mempelajari Derajad batubara dalam pengklasifikasian batubara
Batubara merupakan bahan bakar fosil berupa mineral organik yang dapat terbakar, yang terbentuk dari sisa tumbuhan purba yang mengendap yang selanjutnya berubah bentuk akibat proses fisika dan kimia yang berlangsung selama jutaan tahun.
Pada saat ini, penggunaan batubara sebagai alternatif sumber energi primer sedang naik pamor, dibandingkan penggunaan minyak dan gas yang harganya relatif lebih mahal. Selain didasari juga oleh beberapa faktor lain, seperti tersedianya cadangan batubara yang sangat banyak dan tersebar luas, sekitar lebih dari 984 milyar ton tersebar di seluruh dunia. Kemudian, batubara dapat diperoleh dari banyak sumber di pasar dunia dengan pasokan yang stabil, serta aman untuk ditransportasikan dan disimpan. Kemudian, pengaruh pemanfaatan batubara terhadap lingkungan disekitarnya sudah dipahami dan dipelajari secara luas, sehingga teknologi batubara bersih dapat dikembangkan dan diaplikasikan.
Rank merupakan peringkat dan derajad batubara berdasarkan proses pengubahan atau genesa batubara.peringkat batubara adalah dasar klasifikasi dari lignit ke antrasit. Peringkat batubara naik pada proses pembentukan batubara, metamorfosis menyebabkan kandungan sat terbang menurun. Peringkat batubara yang tertinggi menunjukkan metamorfosis yang lebih besar. Peringkat batubara secara umum adalah lignit, batubara sub-bitumen, batubara bitumen dan antrasit (urutan peringkat rendah keperingkat tertinggi). Rank calculation: perhitungan peringkat batubara (lihat rank).
Rank variety : jenis-jenis batubara berdasarkan urutan metamorfosis. Penentuan jenis-jenis batubara secara umum adalah merupakan hasil pemikiran para pakar tetapi juga dengan pertimbangan sifat-sifat kimia dan fisika.
Derajat batubara adalah posisi batubara pada seri kualifikasi mulai dari gambut sampai antrasit. Perkembangannya sangat dipengaruhi oleh temperatur, tekanan dan waktu (Lopatin, 1971; Bostick, 1973). Banyak parameter yang telah dipergunakan untuk penentuan derajat batubara (cook, 1982), salah satu diantaranya adalah refleksi vitrinit. Cara ini belum dikenal di Indonesia, tetapi telah berkembang pesat di Amerika, JErman, Australia dan lain-lain, terutama perusahaan-perusahaan yang berkecimpung di dalam eksplorasi minyak dan gas. Semua jenis mineral bisa diukur refleksinya, tetapi kelompok vitrinit adalah yang umum dipilih. Kelompok ini cenderung terbentuk sebagai pecahan-pecahan kasar dan homogen, merupakan kelompok maseral utama pada kebanyakan batubara dan menunjukkan korelasi yang bagus dengan parameter lain yang dipakai sebagai indikasi derajat batubara. Dengan cara refleksi vbitrinit ini, pengukuran dapat dilakukan dengan singkat dan pasti.
Klasifikasi Batubara
Pengklasifikasian batubara didasarkan pada derajat dan kualitas dari batubara tersebut, yaitu:
a) Gambut (peat)
Golongan ini sebenarnya belum termasuk jenis batubara, tapi merupakan bahan bakar. Hal ini disebabkan karena masih merupakan fase awal dari proses pembentukan batubara. Endapan ini masih memperlihatkan sifat awal dari bahan dasarnya (tumbuh-tumbuhan). Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang paling rendah.
b) Lignite (Batubara Cokelat, ”Brown Coal”)
Golongan ini sudah memperlihatkan proses selanjutnya berupa struktur kekar dan gejala pelapisan. Apabila dikeringkan, maka gas dan airnya akan keluar. Endapan ini bisa dimanfaatkan secara terbatas untuk kepentingan yang bersifat sederhana, karena panas yang dikeluarkan sangat rendah. Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang mengandung air 35-75% dari beratnya. . Batu bara ini berwarna hitam, sangat rapuh, nilai kalor rendah dengan kandungan karbon yang sangat sedikit, kandungan abu dan sulfur yang banyak. Batu bara jenis ini dijual secara eksklusif sebagai bahan bakar untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).
c) Sub-Bituminous (Bitumen Menengah)
Golongan ini memperlihatkan ciri-ciri tertentu yaitu warna yang kehitam-hitaman dan sudah mengandung lilin. Endapan ini dapat digunakan untuk pemanfaatan pembakaran yang cukup dengan temperatur yang tidak terlalu tinggi. Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus. karakteristiknya berada di antara batu bara lignite dan bituminous, terutama digunakan sebagai bahan bakar untuk PLTU. Sub-bituminous coal mengandung sedikit carbon dan banyak air, dan oleh karenanya menjadi sumber panas yang tidak efisien.
d) Bituminous
Golongan ini dicirikan dengan sifat-sifat yang padat, hitam, rapuh (brittle) dengan membentuk bongkah-bongkah prismatik. Berlapis dan tidak mengeluarkan gas dan air bila dikeringkan. Endapan ini dapat digunakan antara lain untuk kepentingan transportasi dan industri. Bituminus mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari beratnya. Kelas batu bara yang paling banyak ditambang di Australia. . Umumnya dipakai untuk PLTU, tapi dalam jumlah besar juga dipakai untuk pemanas dan aplikasi sumber tenaga dalam industri dengan membentuknya menjadi kokas-residu karbon berbentuk padat.
e) Anthracite
Golongan ini berwarna hitam, keras, kilap tinggi, dan pecahannya memperlihatkan pecahan chocoidal. Pada proses pembakaran memperlihatkan warna biru dengan derajat pemanasan yang tinggi. Digunakan untuk berbagai macam industri besar yang memerlukan temperatur tinggi. Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster) metalik, mengandung antara 86% - 98% unsur karbon (C) dengan kadar air kurang dari 8%, terbakar lambat, dengan batasan nyala api biru (pale blue flame) dengan sedikit sekali asap.
Semakin tinggi kualitas batubara, maka kadar karbon akan meningkat, sedangkan hidrogen dan oksigen akan berkurang. Batubara bermutu rendah, seperti lignite dan sub-bituminous, memiliki tingkat kelembaban (moisture) yang tinggi dan kadar karbon yang rendah, sehingga energinya juga rendah. Semakin tinggi mutu batubara, umumnya akan semakin keras dan kompak, serta warnanya akan semakin hitam mengkilat. Selain itu, kelembabannya pun akan berkurang sedangkan kadar karbonnya akan meningkat, sehingga kandungan energinya juga semakin besar.
Banyak para ahli mencoba untuk mengelompokkan jenis batubara tersebut berdasarkan parameter tersebut di atas, tapi yang paling banyak dipergunakan orang ialah berdasarkan umurnya (rank).
Secara umum batubara diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Peat (gambut), sebagian para ahli mengatakan bahwa peat bukan batubara karena masih mengandung selulosa bebas, tapi sebagian lagi menyatakan bahwa peat adalah batubara muda. Carbon = 60% – 64% (dmmf), Oxygen = 30% (dmmf)
2. Lignite, Carbon = 64% – 75% (dmmf), Oxygen = 20% – 25% (dmmf)
3. Sub-bituminous, Carbon = 75% – 83% (dmmf), Oxygen = 10% – 20% (dmmf)
4. Bituminous, Carbon = 83% – 90% (dmmf), Oxygen = 5% – 15% (dmmf)
5. Semi-anthracdite, Carbon = 90% – 93% (dmmf), Oxygen = 2% – 4% (dmmf)
6. Anthracite, Carbon = > 93%
Di bawah ini adalah klasifikasi yang banyak dipergunakan orang
1. ASTM Classification
Sistem klasifikasi ini mempergunakan volatile matter (dmmf), fixed carbon (dmmf) dan calorific value (dmmf) sebagai patokan.
Untuk anthracite, fixed carbon (dmmf) merupakan patokan utama, sedangkan volatile matter (dmmf) sebagai patokan kedua. Bituminous mempergunakan volatile matter (dmmf) sebagai patokan kedua. Lignite mempergunakan calorific value (dmmf) sebagai patokan.
2. Ralston’s Classification
Ralston’s mempergunakan hasil analisa ultimate yang sudah dinormalisasi (C + H + O = 100). Ditampilkan dalam bentuk triaxial plot. Band yang terdapat pada triaxial plot tersebut ialah area dimana batubara berada.
3. Seyler’s Classification
System klasifikasi ini mempergunakan % carbon (dmmf) dan % hydrogen (dmmf) sebagai dasar utama. Klasifikasi ini ditampilkan dalam bentuk beberapa grafik kecil yang bertumpu pada grafik utama. Grafik utama menghubungkan % carbon (dmmf) dengan % hydrogen (dmmf). sedangkan grafik kecil menggambarkan hubungan calorific value (dmmf) dengan % volatile matter (dmmf) dan % moisture (adb), menggambarkan % oxygen (dmmf), crucible swelling number dan rasio O/H=8.
Ditengah grafik tersebut terdapat band yang menggambarkan yang menggambarkan area dimana 95% batubara inggris akan berada serta menunjukkan jenisnya.Batubara yang jatuh di atas band disebut per-hydrous sedangkan yang jatuh di bawahnya disebut sub-hyrous. Seyler’s chart ini tidak cocok untuk low rank coal.
4. ECE Classification
ECE membuat system klasifikasi yang dapat dipergunakan secara luas, pada tahun 1965 yang kemudian menjadi standar international.Sistem ini mengelompokkan batubara dalam class, group dan sub-group.
Coal class mempergunakan calorific value atau volatile matter sebagai patokan. Coal group mempergunakan Gray-king coke type atau maximum dilatation pada Audibert-Arnu dilatometer test sebagai patokan, sedangkan coal sub-group mempergunakan crucible swelling number dan Roga test sebagai patokan.
Sistem ini mampu menunjukkan coal rank dan potensi penggunaannya, terutama coal group dan coal sub-group yang menjelaskan perilaku batubara jika dipanaskan secara perlahan maupun secara cepat sehingga dapat memberikan gambaran kemungkinan penggunaannya. Pada tahun 1988 sistem ini dirubah dengan lebih menekankan pada pengukuran petrographic.
Batubara merupakan bahan bakar fosil berupa mineral organik yang dapat terbakar, yang terbentuk dari sisa tumbuhan purba yang mengendap yang selanjutnya berubah bentuk akibat proses fisika dan kimia yang berlangsung selama jutaan tahun.
Pada saat ini, penggunaan batubara sebagai alternatif sumber energi primer sedang naik pamor, dibandingkan penggunaan minyak dan gas yang harganya relatif lebih mahal. Selain didasari juga oleh beberapa faktor lain, seperti tersedianya cadangan batubara yang sangat banyak dan tersebar luas, sekitar lebih dari 984 milyar ton tersebar di seluruh dunia. Kemudian, batubara dapat diperoleh dari banyak sumber di pasar dunia dengan pasokan yang stabil, serta aman untuk ditransportasikan dan disimpan. Kemudian, pengaruh pemanfaatan batubara terhadap lingkungan disekitarnya sudah dipahami dan dipelajari secara luas, sehingga teknologi batubara bersih dapat dikembangkan dan diaplikasikan.
Dalam makalah ini dituliskan mengenai klasifikasi batubara yang ditentukan berdasarkan hasil analisa terhadap beberapa parameter batubara, yaitu seperti Pengklasifikasian batubara didasarkan pada derajat dan kualitas dari batubara tersebut, atau pun pengklasifikasian batubara tersebut berdasarkan umurnya. Batubara dan minyak bumi merupakan bahan karbon. Secara umum klasifikasi hidrokarbon dibagi menjadi tiga yaitu: Gaseous, Bituminuous( batubara dan minyak bumi), Waxy. Klasifikasi batubara ditentukan berdasarkan hasil analisa terhadap beberapa parameter batubara. Dari klasifikasi ini dapat dilihat peringkat batubara. Berdasarkan klasifikasi menurut Faser yaitu: Type Fuel Ratio; Antracite 100-12; Semi Antracite 12-8; Semi Bituminous 8-5; Bituminous 5-0.
Jadi Batu bara itu adalah bahan bakar fosil. Batu bara dapat terbakar, terbentuk dari endapan, batuan organik yang terutama terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batu bara terbentuk dari tumbuhan yang telah terkonsolidasi antara strata batuan lainnya dan diubah oleh kombinasi pengaruh tekanan dan panas selama jutaan tahun sehingga membentuk lapisan batu bara. Batu bara dengan mutu yang rendah, seperti batu bara muda dan sub-bitumen biasanya lebih lembut dengan materi yang rapuh dan berwarna suram seperti tanah. Baru bara muda memilih tingkat kelembaban yang tinggi dan kandungan karbon yang rendah, dan dengan demikian kandungan energinya rendah. Batu bara muda biasanya digunakan untuk pembangkit tenaga listrik dan persentase penggunaan cadangannya didunia sekitar 17 %, sedangkan untuk sub-bitumen biasanya digunakan untuk Pembangkit listrik, Produksi semen dan Penggunaan untuk industri. Sub-bitumen ini penggunaan cadangannya didunia sekitar 30 % Batu bara dengan mutu yang lebih tinggi umumnya lebih keras dan kuat dan seringkali berwarna hitam cemerlang seperti kaca. Batu bara dengan mutu yang lebih tinggi memiliki kandungan karbon yang lebih banyak, tingkat kelembaban yang lebih rendah dan menghasilkan energi yang lebih banyak. Biasanya batubara yang tergolong seperti ini adalah bitumen dan antrasit. Bitumen penggunaan cadangannya didunia sekitar 52 % dan antrasit penggunaan cadangannya didunia sekitar 1 %. Antrasit merupakan batubara yang paling tinggi mutunya yang biasanya digunakan untuk bahan bakar minyak tanpa asap.
1.2 Tujuan
- Mempelajari pengklasifikasian batubara didasarkan pada derajat dan kualitas batubara
- Mempelajari Rank yaitu peringkat dan derajad batubara berdasarkan proses pengubahan atau genesa batubara
- Mempelajari Derajad batubara dalam pengklasifikasian batubara
BAB 2
PEMBAHASAN
Batubara merupakan bahan bakar fosil berupa mineral organik yang dapat terbakar, yang terbentuk dari sisa tumbuhan purba yang mengendap yang selanjutnya berubah bentuk akibat proses fisika dan kimia yang berlangsung selama jutaan tahun.
Pada saat ini, penggunaan batubara sebagai alternatif sumber energi primer sedang naik pamor, dibandingkan penggunaan minyak dan gas yang harganya relatif lebih mahal. Selain didasari juga oleh beberapa faktor lain, seperti tersedianya cadangan batubara yang sangat banyak dan tersebar luas, sekitar lebih dari 984 milyar ton tersebar di seluruh dunia. Kemudian, batubara dapat diperoleh dari banyak sumber di pasar dunia dengan pasokan yang stabil, serta aman untuk ditransportasikan dan disimpan. Kemudian, pengaruh pemanfaatan batubara terhadap lingkungan disekitarnya sudah dipahami dan dipelajari secara luas, sehingga teknologi batubara bersih dapat dikembangkan dan diaplikasikan.
Rank merupakan peringkat dan derajad batubara berdasarkan proses pengubahan atau genesa batubara.peringkat batubara adalah dasar klasifikasi dari lignit ke antrasit. Peringkat batubara naik pada proses pembentukan batubara, metamorfosis menyebabkan kandungan sat terbang menurun. Peringkat batubara yang tertinggi menunjukkan metamorfosis yang lebih besar. Peringkat batubara secara umum adalah lignit, batubara sub-bitumen, batubara bitumen dan antrasit (urutan peringkat rendah keperingkat tertinggi). Rank calculation: perhitungan peringkat batubara (lihat rank).
Rank variety : jenis-jenis batubara berdasarkan urutan metamorfosis. Penentuan jenis-jenis batubara secara umum adalah merupakan hasil pemikiran para pakar tetapi juga dengan pertimbangan sifat-sifat kimia dan fisika.
Derajat batubara adalah posisi batubara pada seri kualifikasi mulai dari gambut sampai antrasit. Perkembangannya sangat dipengaruhi oleh temperatur, tekanan dan waktu (Lopatin, 1971; Bostick, 1973). Banyak parameter yang telah dipergunakan untuk penentuan derajat batubara (cook, 1982), salah satu diantaranya adalah refleksi vitrinit. Cara ini belum dikenal di Indonesia, tetapi telah berkembang pesat di Amerika, JErman, Australia dan lain-lain, terutama perusahaan-perusahaan yang berkecimpung di dalam eksplorasi minyak dan gas. Semua jenis mineral bisa diukur refleksinya, tetapi kelompok vitrinit adalah yang umum dipilih. Kelompok ini cenderung terbentuk sebagai pecahan-pecahan kasar dan homogen, merupakan kelompok maseral utama pada kebanyakan batubara dan menunjukkan korelasi yang bagus dengan parameter lain yang dipakai sebagai indikasi derajat batubara. Dengan cara refleksi vbitrinit ini, pengukuran dapat dilakukan dengan singkat dan pasti.
Klasifikasi Batubara
Pengklasifikasian batubara didasarkan pada derajat dan kualitas dari batubara tersebut, yaitu:
a) Gambut (peat)
Golongan ini sebenarnya belum termasuk jenis batubara, tapi merupakan bahan bakar. Hal ini disebabkan karena masih merupakan fase awal dari proses pembentukan batubara. Endapan ini masih memperlihatkan sifat awal dari bahan dasarnya (tumbuh-tumbuhan). Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang paling rendah.
b) Lignite (Batubara Cokelat, ”Brown Coal”)
Golongan ini sudah memperlihatkan proses selanjutnya berupa struktur kekar dan gejala pelapisan. Apabila dikeringkan, maka gas dan airnya akan keluar. Endapan ini bisa dimanfaatkan secara terbatas untuk kepentingan yang bersifat sederhana, karena panas yang dikeluarkan sangat rendah. Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang mengandung air 35-75% dari beratnya. . Batu bara ini berwarna hitam, sangat rapuh, nilai kalor rendah dengan kandungan karbon yang sangat sedikit, kandungan abu dan sulfur yang banyak. Batu bara jenis ini dijual secara eksklusif sebagai bahan bakar untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).
c) Sub-Bituminous (Bitumen Menengah)
Golongan ini memperlihatkan ciri-ciri tertentu yaitu warna yang kehitam-hitaman dan sudah mengandung lilin. Endapan ini dapat digunakan untuk pemanfaatan pembakaran yang cukup dengan temperatur yang tidak terlalu tinggi. Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus. karakteristiknya berada di antara batu bara lignite dan bituminous, terutama digunakan sebagai bahan bakar untuk PLTU. Sub-bituminous coal mengandung sedikit carbon dan banyak air, dan oleh karenanya menjadi sumber panas yang tidak efisien.
d) Bituminous
Golongan ini dicirikan dengan sifat-sifat yang padat, hitam, rapuh (brittle) dengan membentuk bongkah-bongkah prismatik. Berlapis dan tidak mengeluarkan gas dan air bila dikeringkan. Endapan ini dapat digunakan antara lain untuk kepentingan transportasi dan industri. Bituminus mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari beratnya. Kelas batu bara yang paling banyak ditambang di Australia. . Umumnya dipakai untuk PLTU, tapi dalam jumlah besar juga dipakai untuk pemanas dan aplikasi sumber tenaga dalam industri dengan membentuknya menjadi kokas-residu karbon berbentuk padat.
e) Anthracite
Golongan ini berwarna hitam, keras, kilap tinggi, dan pecahannya memperlihatkan pecahan chocoidal. Pada proses pembakaran memperlihatkan warna biru dengan derajat pemanasan yang tinggi. Digunakan untuk berbagai macam industri besar yang memerlukan temperatur tinggi. Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster) metalik, mengandung antara 86% - 98% unsur karbon (C) dengan kadar air kurang dari 8%, terbakar lambat, dengan batasan nyala api biru (pale blue flame) dengan sedikit sekali asap.
Semakin tinggi kualitas batubara, maka kadar karbon akan meningkat, sedangkan hidrogen dan oksigen akan berkurang. Batubara bermutu rendah, seperti lignite dan sub-bituminous, memiliki tingkat kelembaban (moisture) yang tinggi dan kadar karbon yang rendah, sehingga energinya juga rendah. Semakin tinggi mutu batubara, umumnya akan semakin keras dan kompak, serta warnanya akan semakin hitam mengkilat. Selain itu, kelembabannya pun akan berkurang sedangkan kadar karbonnya akan meningkat, sehingga kandungan energinya juga semakin besar.
Banyak para ahli mencoba untuk mengelompokkan jenis batubara tersebut berdasarkan parameter tersebut di atas, tapi yang paling banyak dipergunakan orang ialah berdasarkan umurnya (rank).
Secara umum batubara diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Peat (gambut), sebagian para ahli mengatakan bahwa peat bukan batubara karena masih mengandung selulosa bebas, tapi sebagian lagi menyatakan bahwa peat adalah batubara muda. Carbon = 60% – 64% (dmmf), Oxygen = 30% (dmmf)
2. Lignite, Carbon = 64% – 75% (dmmf), Oxygen = 20% – 25% (dmmf)
3. Sub-bituminous, Carbon = 75% – 83% (dmmf), Oxygen = 10% – 20% (dmmf)
4. Bituminous, Carbon = 83% – 90% (dmmf), Oxygen = 5% – 15% (dmmf)
5. Semi-anthracdite, Carbon = 90% – 93% (dmmf), Oxygen = 2% – 4% (dmmf)
6. Anthracite, Carbon = > 93%
Di bawah ini adalah klasifikasi yang banyak dipergunakan orang
1. ASTM Classification
Sistem klasifikasi ini mempergunakan volatile matter (dmmf), fixed carbon (dmmf) dan calorific value (dmmf) sebagai patokan.
Untuk anthracite, fixed carbon (dmmf) merupakan patokan utama, sedangkan volatile matter (dmmf) sebagai patokan kedua. Bituminous mempergunakan volatile matter (dmmf) sebagai patokan kedua. Lignite mempergunakan calorific value (dmmf) sebagai patokan.
2. Ralston’s Classification
Ralston’s mempergunakan hasil analisa ultimate yang sudah dinormalisasi (C + H + O = 100). Ditampilkan dalam bentuk triaxial plot. Band yang terdapat pada triaxial plot tersebut ialah area dimana batubara berada.
3. Seyler’s Classification
System klasifikasi ini mempergunakan % carbon (dmmf) dan % hydrogen (dmmf) sebagai dasar utama. Klasifikasi ini ditampilkan dalam bentuk beberapa grafik kecil yang bertumpu pada grafik utama. Grafik utama menghubungkan % carbon (dmmf) dengan % hydrogen (dmmf). sedangkan grafik kecil menggambarkan hubungan calorific value (dmmf) dengan % volatile matter (dmmf) dan % moisture (adb), menggambarkan % oxygen (dmmf), crucible swelling number dan rasio O/H=8.
Ditengah grafik tersebut terdapat band yang menggambarkan yang menggambarkan area dimana 95% batubara inggris akan berada serta menunjukkan jenisnya.Batubara yang jatuh di atas band disebut per-hydrous sedangkan yang jatuh di bawahnya disebut sub-hyrous. Seyler’s chart ini tidak cocok untuk low rank coal.
4. ECE Classification
ECE membuat system klasifikasi yang dapat dipergunakan secara luas, pada tahun 1965 yang kemudian menjadi standar international.Sistem ini mengelompokkan batubara dalam class, group dan sub-group.
Coal class mempergunakan calorific value atau volatile matter sebagai patokan. Coal group mempergunakan Gray-king coke type atau maximum dilatation pada Audibert-Arnu dilatometer test sebagai patokan, sedangkan coal sub-group mempergunakan crucible swelling number dan Roga test sebagai patokan.
Sistem ini mampu menunjukkan coal rank dan potensi penggunaannya, terutama coal group dan coal sub-group yang menjelaskan perilaku batubara jika dipanaskan secara perlahan maupun secara cepat sehingga dapat memberikan gambaran kemungkinan penggunaannya. Pada tahun 1988 sistem ini dirubah dengan lebih menekankan pada pengukuran petrographic.
5. International Classification of Lignites
ISO 2960:1974 “Brown Coals and Lignites. Classification by Type on the Basis of Total Moisture content and Tar Yield”. Mengelompokkan batubara yang mempunyai heating value (moist,ash free) lebih kecil dari 5700 cal/g. Batubara dikelompokkan dalam coal class dengan patokan total moisture dan coal group dengan patokan tar yield.
Tar yield diukur dengan Gray-King Assay, dimana batubara didestilasi dan hasilnya berupa gas, air, cairan, tar dan char dilaporkan dalam persen. Tar yield mempunyai korelasi dengan hydrogen dan pengukuran ini cukup baik sebagai indicator komposisi petrographic.
Penambangan dan Pengolahan Batubara
Penambangan batubara dilakukan dengan dua metode, yaitu tambang bawah tanah dan tambang terbuka. Pemilihan metode penambangan ini berdasarkan pada unsur geologi dari endapan batubara dan pertimbangan ekonomisnya.
Batubara yang langsung diambil dari bawah tanah sering kali memiliki kandungan campuran yang tidak diinginkan seperti batu dan lumpur, dan berbentuk pecahan dengan berbagai ukuran, padahal pengguna batubara membutuhkan batubara dengan mutu yang konsisten. Oleh karena itu, dilakukan pengolahan batubara yang mengarah pada penanganan batubara untuk menjamin mutu yang konsisten dan kesesuaian dengan pengguna akhir tertentu. Pengolahan tersebut tergantung pada kandungan batubara dan tujuan penggunaannya. Batubara tersebut mungkin hanya memerlukan pemecahan sederhana atau mungkin memerlukan proses pengolahan yang kompleks untuk mengurangi kandungan campuran yang terdapat pada batubara.
Distribusi Batubara
Cara pengangkutan batubara ke tempat batubara tersebut akan digunakan tergantung pada jaraknya. Untuk jarak dekat, umumnya diangkut dengan menggunakan belt conveyor atau truk. Untuk jarak yang lebih jauh di dalam pasar dalam negeri, batubara diangkut menggunakan kereta api atau tongkang atau dengan alternatif lain dimana batubara dicampur dengan air untuk membentuk bubur batu dan diangkut melalui jaringan pipa. Sedangkan untuk pengangkutan internasional, umumnya digunakan kapal laut. Pengangkutan batubara ini dapat sangat mahal, bahkan dapat mencapai 70% dari biaya pengiriman batubara.
Penggunaan Batubara
Batubara memiliki berbagai penggunaan yang penting di seluruh dunia. Penggunaan yang paling penting adalah untuk membangkitkan tenaga listrik, produksi baja, pembuatan semen dan proses industri lainnya serta bahan bakar cair. Selain itu, batubara juga merupakan suatu bahan yang penting dalam pembuatan produk-produk tertentu seperti karbon aktif (digunakan pada saringan air dan pembersih udara serta mesin pencuci darah), serat karbon (bahan pengeras yang sangat kuat namun ringan yang digunakan pada konstruksi), dan metal silikon (digunakan untuk memproduksi silikon dan silan, yang digunakan untuk membuat pelumas, bahan kedap air, dan resin). Hasil sampingan dari batubara juga dapat digunakan untuk memproduksi beberapa produk kimia seperti minyak kreosot, naftalen, fenol, dan benzene.
Analisa Kualitas Batubara
Dalam pemanfaatannya, batubara harus diketahui terlebih dahulu kualitasnya. Hal ini dimaksudkan agar spesifikasi mesin atau peralatan yang memanfaatkan batubara sebagai bahan bakarnya sesuai dengan mutu batubara yang akan digunakan, sehingga mesin-mesin tersebut dapat berfungsi optimal dan tahan lama. Analisa yang dilakukan antara lain analisa proximate, analisa ultimate, mineral matters, physical & electrical properties, thermal properties, mechanical properties, spectroscopic properties, dan solvent properties.
Secara umum, parameter kualitas batubara yang sering digunakan adalah:
a) Kalori (Calorivic Value atau CV, satuan cal/gr atau kcal/gr)
CV merupakan indikasi kandungan nilai energi yang terdapat pada batubara, dan merepresentasikan kombinasi pembakaran dari karbon, hidrogen, nitrogen, dan sulfur.
b) Kadar kelembaban (Moisture, satuan persen)
Hasil analisis untuk kelembaban terbagi menjadi free moisture (FM) dan inherent moisture (IM). Jumlah dari keduanya disebut dengan Total Moisture (TM). Kadar kelembaban ini mempengaruhui jumlah pemakaian udara primer untuk mengeringkan batubara tersebut.
c) Zat terbang (Volatile Matter atau VM, satuan persen)
Kandungan VM mempengaruhi kesempurnaan pembakaran dan intensitas api. Hal ini didasarkan pada rasio atau perbandingan antara kandungan karbon (fixed carbon) dengan zat terbang, yang disebut dengan rasio bahan bakar (fuel ratio). Semakin tinggi nilai fuel ratio, maka jumlah karbon di dalam batubara yang tidak terbakar juga semakin banyak. Jika perbandingan tersebut nilainya lebih dari 1,2 maka pengapian akan kurang bagus sehingga mengakibatkan kecepatan pembakaran menurun.
d) Kadar abu (Ash content, satuan persen)
Semakin tinggi kadar abu, secara umum akan mempengaruhi tingkat pengotoran, keausan, dan korosi peralatan yang dilalui.
e) Kadar sulfur (Sulfur content, satuan persen)
Kandungan sulfur dalam batubara biasanya dinyatakan dalam Total Sulfur (TS). Kandungan sulfur ini berpengaruh terhadap tingkat korosi sisi dingin yang terdapat pada pemanas udara, terutama apabila suhu kerja lebih rendah daripada titik embun sulfur. Selain itu, berpengaruh juga terhadap efektivitas penangkapan abu pada electrostatic presipitator.
f) Kadar karbon (Fixed carbon atau FC, satuan persen)
Nilai kadar karbon ini semakin bertambah seiring dengan meningkatnya kualitas batubara. Kadar karbon dan jumlah zat terbang digunakan sebagai perhitungan untuk menilai kualitas bahan bakar, yaitu berupa nilai fuel ratio.
g) Ukuran (Coal size)
Ukuran batubara dibatasi pada rentang butir halus dan butir kasar. Butir paling halus untuk ukuran maksimum 3 mm, sedangkan butir paling kasar sampai dengan ukuran 50 mm.
h) Tingkat ketergerusan (Hardgrove Grindability Index atau HGI)
Kinerja pulverizer atau mill dirancang pada nilai HGI tertentu. Untuk HGI lebih rendah, mesin harus beroperasi lebih rendah dari nilai standarnya untuk menghasilkan tingkat kehalusan yang sama.
Batubara dan Lingkungan Hidup
Konsumsi energi kita dapat memiliki dampak penting terhadap lingkungan hidup. Menekan dampak negatif dari kegiatan manusia terhadap lingkungan hidup merupakan prioritas global. Sementara batubara memberikan kontribusi yang penting bagi perkembangan ekonomi dan sosial di seluruh dunia, dampak terhadap lingkungan hidup merupakan suatu masalah.
Masalah yang berkaitan dengan batubara antara lain:
▪ Tambang batubara
Gangguan lahan, amblesan tambang, pencemaran air, serta polusi debu dan suara.
▪ Penggunaan batubara
Munculnya polutan, seperti oksida belerang dan nitrogen (SOx dan NOx), partikel dan unsur penelusuran (merkuri), emisi karbondioksida (CO2), dan emisi partikel-partikel halus (abu).
Untuk mengurangi dampak-dampak negatif tersebut, digunakanlah teknologi batubara bersih (Clean Coal Technology), yang mampu meningkatkan kinerja lingkungan batubara. Teknologi ini dapat mengurangi emisi, mengurangi limbah, dan meningkatkan jumlah energi yang diperoleh dari setiap ton batubara.
Contoh teknologi batubara bersih antara lain teknologi pembersihan dan pengolahan batubara untuk meningkatkan mutu batubara dengan menurunkan kadar belerang dan mineral. Kemudian, penggunaan electrostaric presipitator untuk menangkap emisi partikel-partikel halus. Kemudian, penggunaan FGD (flue gas desulphurization) untuk meminimalisasi emisi SOx , serta SCR (Selective Catalytic Reduction) dan SNCR (Selective Non Catalytic Reduction) untuk mengurangi emisi NOx. Selain itu, untuk mengurangi emisi SOx dan NOx juga dapat digunakan teknologi FBC (Fluidized Bed Combustion). Sedangkan teknologi untuk mengurangi emisi CO2 adalah CCS (Carbon Capture and Storage). Teknologi-teknologi tersebut selain dapat mengurangi emisi batubara, juga dapat meningkatkan efektivitas dari pembakaran batubara.
Indeks Harga Batubara
Indonesian Coal Indices incorporating assessments by Argus Media and PT Coalindo
Grade Basis Price(US$/ton)
Indonesian 6500 Kcal GAR 148.90
Indonesian 5800 Kcal GAR 126.47
Indonesian 5000 Kcal GAR 87.48
Indonesian 4200 Kcal GAR 48.83
Tabel 1. Indonesian Coal Index (ICI) 8 Agustus 2008
ICI yang selalu berubah setiap minggu ini disusun oleh PT. Coalindo Energy dan Argus Media, yang merupakan lembaga pricing dari Inggris. ICI disusun oleh panelis ahli yang terdiri dari 21 orang, dimana sebanyak delapan orang merupakan produsen batubara, delapan orang konsumen pembeli, dan lima orang broker.
Dengan adanya ICI, maka Indonesia memiliki patokan harga jual batubara untuk pasar domestik maupun pasar internasional. Selain itu, Indonesia juga jadi mampu menjadi negara yang menentukan harga batubara yang diproduksinya tanpa tergantung pada harga internasional seperti London Stock Exchange (LME), Barlow Jonker, atau Platt.
Indonesia saat ini menjadi negara eksportir batubara terbesar di dunia menggeser Australia. Saat ini Indonesia memiliki cadangan batubara mencapai 61,3 miliar ton, dimana sebanyak 6,7 miliar ton merupakan cadangan terbukti.
3.1 Kesimpulan
- Pengklasifikasian batubara didasarkan pada derajat dan kualitas dari batubara tersebut yaitu: a) Gambut (peat), Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang paling rendah. Merupakan fase awal dari proses pembentukan batubara. b) Lignite (Batubara Cokelat, ”Brown Coal”), Golongan ini sudah memperlihatkan proses selanjutnya berupa struktur kekar dan gejala pelapisan. Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang mengandung air 35-75% dari beratnya. . Batu bara ini berwarna hitam, sangat rapuh, nilai kalor rendah dengan kandungan karbon yang sangat sedikit, kandungan abu dan sulfur yang banyak. Batu bara jenis ini dijual secara eksklusif sebagai bahan bakar untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). c) Sub-Bituminous (Bitumen Menengah), Golongan ini memperlihatkan ciri-ciri tertentu yaitu warna yang kehitam-hitaman dan sudah mengandung lilin. Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air. d) Bituminous, Golongan ini dicirikan dengan sifat-sifat yang padat, hitam, rapuh (brittle) dengan membentuk bongkah-bongkah prismatik. Berlapis dan tidak mengeluarkan gas dan air bila dikeringkan. e) Anthracite, Golongan ini berwarna hitam, keras, kilap tinggi, dan pecahannya memperlihatkan pecahan chocoidal. Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster) metalik, mengandung antara 86% - 98% unsur karbon (C) dengan kadar air kurang dari 8%, terbakar lambat, dengan batasan nyala api biru (pale blue flame) dengan sedikit sekali asap.
- Rank yaitu peringkat dan derajad batubara berdasarkan proses pengubahan atau genesa batubara.peringkat batubara adalah dasar klasifikasi dari lignit ke antrasit. Peringkat batubara naik pada proses pembentukan batubara, metamorfosis menyebabkan kandungan sat terbang menurun. Peringkat batubara yang tertinggi menunjukkan metamorfosis yang lebih besar. Peringkat batubara secara umum adalah lignit, batubara sub-bitumen, batubara bitumen dan antrasit (urutan peringkat rendah keperingkat tertinggi).
Rank variety : jenis-jenis batubara berdasarkan urutan metamorfosis. Penentuan jenis-jenis batubara secara umum adalah merupakan hasil pemikiran para pakar tetapi juga dengan pertimbangan sifat-sifat kimia dan fisika.
- Derajat batubara adalah posisi batubara pada seri kualifikasi mulai dari gambut sampai antrasit. Perkembangannya sangat dipengaruhi oleh temperatur, tekanan dan waktu (Lopatin, 1971; Bostick, 1973). Banyak parameter yang telah dipergunakan untuk penentuan derajat batubara (cook, 1982), salah satu diantaranya adalah refleksi vitrinit. Cara ini belum dikenal di Indonesia, tetapi telah berkembang pesat di Amerika, JErman, Australia dan lain-lain, terutama perusahaan-perusahaan yang berkecimpung di dalam eksplorasi minyak dan gas.
ISO 2960:1974 “Brown Coals and Lignites. Classification by Type on the Basis of Total Moisture content and Tar Yield”. Mengelompokkan batubara yang mempunyai heating value (moist,ash free) lebih kecil dari 5700 cal/g. Batubara dikelompokkan dalam coal class dengan patokan total moisture dan coal group dengan patokan tar yield.
Tar yield diukur dengan Gray-King Assay, dimana batubara didestilasi dan hasilnya berupa gas, air, cairan, tar dan char dilaporkan dalam persen. Tar yield mempunyai korelasi dengan hydrogen dan pengukuran ini cukup baik sebagai indicator komposisi petrographic.
Penambangan dan Pengolahan Batubara
Penambangan batubara dilakukan dengan dua metode, yaitu tambang bawah tanah dan tambang terbuka. Pemilihan metode penambangan ini berdasarkan pada unsur geologi dari endapan batubara dan pertimbangan ekonomisnya.
Batubara yang langsung diambil dari bawah tanah sering kali memiliki kandungan campuran yang tidak diinginkan seperti batu dan lumpur, dan berbentuk pecahan dengan berbagai ukuran, padahal pengguna batubara membutuhkan batubara dengan mutu yang konsisten. Oleh karena itu, dilakukan pengolahan batubara yang mengarah pada penanganan batubara untuk menjamin mutu yang konsisten dan kesesuaian dengan pengguna akhir tertentu. Pengolahan tersebut tergantung pada kandungan batubara dan tujuan penggunaannya. Batubara tersebut mungkin hanya memerlukan pemecahan sederhana atau mungkin memerlukan proses pengolahan yang kompleks untuk mengurangi kandungan campuran yang terdapat pada batubara.
Distribusi Batubara
Cara pengangkutan batubara ke tempat batubara tersebut akan digunakan tergantung pada jaraknya. Untuk jarak dekat, umumnya diangkut dengan menggunakan belt conveyor atau truk. Untuk jarak yang lebih jauh di dalam pasar dalam negeri, batubara diangkut menggunakan kereta api atau tongkang atau dengan alternatif lain dimana batubara dicampur dengan air untuk membentuk bubur batu dan diangkut melalui jaringan pipa. Sedangkan untuk pengangkutan internasional, umumnya digunakan kapal laut. Pengangkutan batubara ini dapat sangat mahal, bahkan dapat mencapai 70% dari biaya pengiriman batubara.
Penggunaan Batubara
Batubara memiliki berbagai penggunaan yang penting di seluruh dunia. Penggunaan yang paling penting adalah untuk membangkitkan tenaga listrik, produksi baja, pembuatan semen dan proses industri lainnya serta bahan bakar cair. Selain itu, batubara juga merupakan suatu bahan yang penting dalam pembuatan produk-produk tertentu seperti karbon aktif (digunakan pada saringan air dan pembersih udara serta mesin pencuci darah), serat karbon (bahan pengeras yang sangat kuat namun ringan yang digunakan pada konstruksi), dan metal silikon (digunakan untuk memproduksi silikon dan silan, yang digunakan untuk membuat pelumas, bahan kedap air, dan resin). Hasil sampingan dari batubara juga dapat digunakan untuk memproduksi beberapa produk kimia seperti minyak kreosot, naftalen, fenol, dan benzene.
Analisa Kualitas Batubara
Dalam pemanfaatannya, batubara harus diketahui terlebih dahulu kualitasnya. Hal ini dimaksudkan agar spesifikasi mesin atau peralatan yang memanfaatkan batubara sebagai bahan bakarnya sesuai dengan mutu batubara yang akan digunakan, sehingga mesin-mesin tersebut dapat berfungsi optimal dan tahan lama. Analisa yang dilakukan antara lain analisa proximate, analisa ultimate, mineral matters, physical & electrical properties, thermal properties, mechanical properties, spectroscopic properties, dan solvent properties.
Secara umum, parameter kualitas batubara yang sering digunakan adalah:
a) Kalori (Calorivic Value atau CV, satuan cal/gr atau kcal/gr)
CV merupakan indikasi kandungan nilai energi yang terdapat pada batubara, dan merepresentasikan kombinasi pembakaran dari karbon, hidrogen, nitrogen, dan sulfur.
b) Kadar kelembaban (Moisture, satuan persen)
Hasil analisis untuk kelembaban terbagi menjadi free moisture (FM) dan inherent moisture (IM). Jumlah dari keduanya disebut dengan Total Moisture (TM). Kadar kelembaban ini mempengaruhui jumlah pemakaian udara primer untuk mengeringkan batubara tersebut.
c) Zat terbang (Volatile Matter atau VM, satuan persen)
Kandungan VM mempengaruhi kesempurnaan pembakaran dan intensitas api. Hal ini didasarkan pada rasio atau perbandingan antara kandungan karbon (fixed carbon) dengan zat terbang, yang disebut dengan rasio bahan bakar (fuel ratio). Semakin tinggi nilai fuel ratio, maka jumlah karbon di dalam batubara yang tidak terbakar juga semakin banyak. Jika perbandingan tersebut nilainya lebih dari 1,2 maka pengapian akan kurang bagus sehingga mengakibatkan kecepatan pembakaran menurun.
d) Kadar abu (Ash content, satuan persen)
Semakin tinggi kadar abu, secara umum akan mempengaruhi tingkat pengotoran, keausan, dan korosi peralatan yang dilalui.
e) Kadar sulfur (Sulfur content, satuan persen)
Kandungan sulfur dalam batubara biasanya dinyatakan dalam Total Sulfur (TS). Kandungan sulfur ini berpengaruh terhadap tingkat korosi sisi dingin yang terdapat pada pemanas udara, terutama apabila suhu kerja lebih rendah daripada titik embun sulfur. Selain itu, berpengaruh juga terhadap efektivitas penangkapan abu pada electrostatic presipitator.
f) Kadar karbon (Fixed carbon atau FC, satuan persen)
Nilai kadar karbon ini semakin bertambah seiring dengan meningkatnya kualitas batubara. Kadar karbon dan jumlah zat terbang digunakan sebagai perhitungan untuk menilai kualitas bahan bakar, yaitu berupa nilai fuel ratio.
g) Ukuran (Coal size)
Ukuran batubara dibatasi pada rentang butir halus dan butir kasar. Butir paling halus untuk ukuran maksimum 3 mm, sedangkan butir paling kasar sampai dengan ukuran 50 mm.
h) Tingkat ketergerusan (Hardgrove Grindability Index atau HGI)
Kinerja pulverizer atau mill dirancang pada nilai HGI tertentu. Untuk HGI lebih rendah, mesin harus beroperasi lebih rendah dari nilai standarnya untuk menghasilkan tingkat kehalusan yang sama.
Batubara dan Lingkungan Hidup
Konsumsi energi kita dapat memiliki dampak penting terhadap lingkungan hidup. Menekan dampak negatif dari kegiatan manusia terhadap lingkungan hidup merupakan prioritas global. Sementara batubara memberikan kontribusi yang penting bagi perkembangan ekonomi dan sosial di seluruh dunia, dampak terhadap lingkungan hidup merupakan suatu masalah.
Masalah yang berkaitan dengan batubara antara lain:
▪ Tambang batubara
Gangguan lahan, amblesan tambang, pencemaran air, serta polusi debu dan suara.
▪ Penggunaan batubara
Munculnya polutan, seperti oksida belerang dan nitrogen (SOx dan NOx), partikel dan unsur penelusuran (merkuri), emisi karbondioksida (CO2), dan emisi partikel-partikel halus (abu).
Untuk mengurangi dampak-dampak negatif tersebut, digunakanlah teknologi batubara bersih (Clean Coal Technology), yang mampu meningkatkan kinerja lingkungan batubara. Teknologi ini dapat mengurangi emisi, mengurangi limbah, dan meningkatkan jumlah energi yang diperoleh dari setiap ton batubara.
Contoh teknologi batubara bersih antara lain teknologi pembersihan dan pengolahan batubara untuk meningkatkan mutu batubara dengan menurunkan kadar belerang dan mineral. Kemudian, penggunaan electrostaric presipitator untuk menangkap emisi partikel-partikel halus. Kemudian, penggunaan FGD (flue gas desulphurization) untuk meminimalisasi emisi SOx , serta SCR (Selective Catalytic Reduction) dan SNCR (Selective Non Catalytic Reduction) untuk mengurangi emisi NOx. Selain itu, untuk mengurangi emisi SOx dan NOx juga dapat digunakan teknologi FBC (Fluidized Bed Combustion). Sedangkan teknologi untuk mengurangi emisi CO2 adalah CCS (Carbon Capture and Storage). Teknologi-teknologi tersebut selain dapat mengurangi emisi batubara, juga dapat meningkatkan efektivitas dari pembakaran batubara.
Indeks Harga Batubara
Indonesian Coal Indices incorporating assessments by Argus Media and PT Coalindo
Grade Basis Price(US$/ton)
Indonesian 6500 Kcal GAR 148.90
Indonesian 5800 Kcal GAR 126.47
Indonesian 5000 Kcal GAR 87.48
Indonesian 4200 Kcal GAR 48.83
Tabel 1. Indonesian Coal Index (ICI) 8 Agustus 2008
ICI yang selalu berubah setiap minggu ini disusun oleh PT. Coalindo Energy dan Argus Media, yang merupakan lembaga pricing dari Inggris. ICI disusun oleh panelis ahli yang terdiri dari 21 orang, dimana sebanyak delapan orang merupakan produsen batubara, delapan orang konsumen pembeli, dan lima orang broker.
Dengan adanya ICI, maka Indonesia memiliki patokan harga jual batubara untuk pasar domestik maupun pasar internasional. Selain itu, Indonesia juga jadi mampu menjadi negara yang menentukan harga batubara yang diproduksinya tanpa tergantung pada harga internasional seperti London Stock Exchange (LME), Barlow Jonker, atau Platt.
Indonesia saat ini menjadi negara eksportir batubara terbesar di dunia menggeser Australia. Saat ini Indonesia memiliki cadangan batubara mencapai 61,3 miliar ton, dimana sebanyak 6,7 miliar ton merupakan cadangan terbukti.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
- Pengklasifikasian batubara didasarkan pada derajat dan kualitas dari batubara tersebut yaitu: a) Gambut (peat), Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang paling rendah. Merupakan fase awal dari proses pembentukan batubara. b) Lignite (Batubara Cokelat, ”Brown Coal”), Golongan ini sudah memperlihatkan proses selanjutnya berupa struktur kekar dan gejala pelapisan. Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang mengandung air 35-75% dari beratnya. . Batu bara ini berwarna hitam, sangat rapuh, nilai kalor rendah dengan kandungan karbon yang sangat sedikit, kandungan abu dan sulfur yang banyak. Batu bara jenis ini dijual secara eksklusif sebagai bahan bakar untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). c) Sub-Bituminous (Bitumen Menengah), Golongan ini memperlihatkan ciri-ciri tertentu yaitu warna yang kehitam-hitaman dan sudah mengandung lilin. Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air. d) Bituminous, Golongan ini dicirikan dengan sifat-sifat yang padat, hitam, rapuh (brittle) dengan membentuk bongkah-bongkah prismatik. Berlapis dan tidak mengeluarkan gas dan air bila dikeringkan. e) Anthracite, Golongan ini berwarna hitam, keras, kilap tinggi, dan pecahannya memperlihatkan pecahan chocoidal. Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster) metalik, mengandung antara 86% - 98% unsur karbon (C) dengan kadar air kurang dari 8%, terbakar lambat, dengan batasan nyala api biru (pale blue flame) dengan sedikit sekali asap.
- Rank yaitu peringkat dan derajad batubara berdasarkan proses pengubahan atau genesa batubara.peringkat batubara adalah dasar klasifikasi dari lignit ke antrasit. Peringkat batubara naik pada proses pembentukan batubara, metamorfosis menyebabkan kandungan sat terbang menurun. Peringkat batubara yang tertinggi menunjukkan metamorfosis yang lebih besar. Peringkat batubara secara umum adalah lignit, batubara sub-bitumen, batubara bitumen dan antrasit (urutan peringkat rendah keperingkat tertinggi).
Rank variety : jenis-jenis batubara berdasarkan urutan metamorfosis. Penentuan jenis-jenis batubara secara umum adalah merupakan hasil pemikiran para pakar tetapi juga dengan pertimbangan sifat-sifat kimia dan fisika.
- Derajat batubara adalah posisi batubara pada seri kualifikasi mulai dari gambut sampai antrasit. Perkembangannya sangat dipengaruhi oleh temperatur, tekanan dan waktu (Lopatin, 1971; Bostick, 1973). Banyak parameter yang telah dipergunakan untuk penentuan derajat batubara (cook, 1982), salah satu diantaranya adalah refleksi vitrinit. Cara ini belum dikenal di Indonesia, tetapi telah berkembang pesat di Amerika, JErman, Australia dan lain-lain, terutama perusahaan-perusahaan yang berkecimpung di dalam eksplorasi minyak dan gas.
3.2 Saran
>_< "
No comments:
Post a Comment