Thursday, February 11, 2010

Darah Putih (Leukosit)

Sel darah putih atau Leukosit merupakan " bala tentara" kita. Tugasnya melindungi tubuh agar tahan menghadapi serangan kuman, entah itu virus, bakteri, atau sejenisnya.Pendek kata leukosit berperan penting dalam sistem kekebalan tubuh.
Iseng-iseng buka blogger, eh tiba2 terpintas dipikiran tentang leukosit. Awalnya sih karna pernah dengar dari ade tingkat kalau salah satu anggota keluarganya ada yang mengalami masalah pada leukositnya. Rasa Simpati membuat sya tidak bisa tinggal diam, dan akhirnya sya coba buka2 lewat jendela google dan mulai browsing2 seputar informasi tentang tu yang namanya Leukosit. Setelah sya baca2 dan pilah2 dari sekian buannyaknya penjelasan ttg leukosit kmudian sya ringkas dan sya ambil pembahasan2 yang mungkin lebih mendekati untuk masalah sel darah putih yang jumlahnya di bawah normal/kekurangan sel darah putih(Leukopenia), namun ada juga sih skalian yang sya cantumkan juga ketika sel darah putih itu di atas normal (Leukimia).
akhirnya saya berharap semoga tulisan ini bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya, dan buat ade’ dan semua orang yang mempunyai gangguan pada sel darah putihnya saya berdoa semoga cepat pulih kembali dan sehat wal afiat, amin.

Darah Putih (Leukosit)

Leukosit memiliki bentuk khas, nukleus, sitoplasma dan organel, semuanya bersifat mampu bergerak pada keadaan tertentu. Eritrosit bersifat pasif dan melaksanakan fungsinya dalam pembuluh darah, sedangkan leukosit mampu keluar dari pembuluh darah menuju jaringan dalam menjalankan fungsinya.
Jumlah seluruh leukosit jauh di bawah eritrosit, dan bervariasi tergantung jenis hewannya. Fluktuasi dalam jumlah leukosit pada tiap individu cukup besar pada kondisi tertentu, misalnya: stress, aktivitas fisiologis, gizi, umur, dan lain-lain. Jumlah leukosit yang menyimpang dari keadaan normal mempunyai arti klinik penting untuk evaluasi proses penyakit.

Lima bentuk leukosit yang berbeda dibagi dalam dua kelompok, yakni granulosit yang memiliki butir khas dan jelas dalam sitoplasma dan agranulosit yang tidak memiliki butir khas dan jelas dalam sitoplasma. Dari diferensiasi penghitungan leukosit dapat ditentukan persentasi normal dari tiap jenis yang ternyata cukup berbeda. Pada anjing, kucing, kuda dan persentasi leukosit neutrofil lebih besar dari limfosit, sedangkan pada ruminansia, limfosit bersifat dominan.

Granulosit
Ada tiga tipe granulosit yang diberi nama berdasarkan sifat reaksinya terhadap zat warna tertentu. Leukosit eosinofil butirnya bersifat asidofil (berwarna merah dengan eosin). Leukosit basofil butirnya bersifat basofil (ungu), dan leukosit neutrofil butirnya tidak bersifat asidofil maupun basofil. Afinitas terhadap zat warna dari butir leukosit neutrofil bervariasi antara hewan satu dengan yang lain. Karenanya sering disebut dengan istilah heterofil, sebagai pengganti neutrofil, yang menyatakan bahwa butirnya tidak bersifat eosinofil maupun basofil. Lazimnya untuk leukosit neutrofil dipakai istilah khusus, yakni leukosit polimorfonuklear (PMN atau polymorphonuclear).
Leukosit Neutrofil. Leukosit ini berdiameter 10 sampai 12 µm, memiliki butir halus dalam sitoplasma dan inti berglambir. Kromatin inti pekat dan mengelompok. Benang kromatin antarglambir jelas terdapat pada manusia dan ruminansia, kadang-kadang tampak pada anjing. Karena konstriksi inti tidak lengkap atau sempurna, maka sulit menentukan gelambir secara pasti pada leukosit neutrofil pada hewan, kecuali ruminansia. Di antara hewan peliharaan, jumlah gelambir pada leukosit neutrofil domba paling banyak.
Leukosit tua memiliki gelambir lebih banyak atau jelas dari yang muda. Karenanya bila leukosit neutrofil memiliki inti berbentuk V, U, atau S tanpa konstriksi jelas, dianggap sebagai leukosit muda. Pada kasus penyakit bakteri, lazimnya jumlah leukosit neutrofil dalam darah meningkat dan tampak pula leukosit muda.
Hal ini disebabkan sumsum tulang merah perlu melepas leukosit muda untuk melawan infeksi. Secara klinik, bila jumlah leukosit muda meningkat dalam aliran darah disebut “bergeser ke kiri” yang penting untuk ramalan penyakit. Sebaliknya, bila jumlah leukosit neutrofil abnormal dengan hipersegmentasi disebut “bergeser ke kanan” pertanda adanya infeksi kronik atau stress.

Pada hewan betina, leukosit memiliki apendiks jelas pada intinya yang disebut Barr. Kromatin kelamin ini kecil (1,5 µm) bertaut pada gelambir utama melalui benang kromatin dan merupakan ciri khas bagi hewan betina. Tetapi khusus pada sapi agak sulit ditentukan adanya badan Barr, karena kromatin yang pekat sering menutupinya. Badan Barr atau kromatin kelamin ini dipakai untuk menentukan jenis kelamin betina pada hewan yang mengalami kelainan kelenjar endoktrin (endoctrine dysfunction) atau anomali pada kromosom.
Sitoplasma leukosit beraspek kelabu pucat, mengandung butir halus berwarna ungu, dan besarnya tidak merata. Dari berbagai hewan peliharaan, anjing memiliki butir paling kecil, sehingga hampir tidak tampak, sedangkan pada kambing butirnya paling jelas dan mengambil warna cukup kuat.

Dengan mikroskop elektron, leukosit neutrofil kadang-kadang menunjukkan mitokondria jelas, sedikit poliribosom dan butir glikogen. Butir-butir spesifik relatif kecil dan menyebar.
Pada perkembangan dini, butir-butir azurofil lebih awal terbentuk dan disebut butir primer. Pembentukan butir ini terhenti dengan munculnya butir skunder atau butir spesifik. Karenanya jumlah butir primer berkurang (50%) pada mitosis berikutnya, sehingga pada sel dewasa hanya tinggal kira-kira 10 sampai 20% butir sitoplasma.
Sebaliknya butir spesifik menonjol, karena selalu terbentuk pada tiap mitosis. Butir spesifik mengandung lisozim suatu bakterisida, karena enzim ini akan menghidrolisis glikosida yang terdapat pada dinding bakteri. Komponen penting lain adalah butir spesifik laktoferin, suatu protein yang berikatan bakterisida terhadap bakteri yang memerlukan zat besi. Laktoferin dikenal sebagai penghambat produksi leukosit neutrofil, karenanya aktivitas khusus merupakan hasil putaran umpan balik dalam produksi leukosit neutrofil. Butir azurofil mengandung enzim hidrolitik, lisozim, dan mieloperoksidase yang menjadi bakterisida bila kompleks dengan H2O2 melepaskan oksigen aktif. Kedua macam butir bekerja sama dalam menghancurkan benda asing yang difagositosis.

Sebagai respons terhadap infeksi, leukosit neutrofil mampu keluar dari pembuluh darah menuju daerah infeksi untuk membunuh bakteri dan membersihkan pecahan jaringan. Pada saat yang sama, sumsum tulang merah dirangsang untuk melepas lebih banyak leukosit neutrofil dalam aliran darah, dan terjadilah leukositosis yang ditandai dengan peningkatan leukosit muda. Leukosit neutrofil dikenal sebagai lini pertahanan pertama (first line of defense). Jangka hidupnya dalam aliran darah kira-kira lima hari.
Leukosit Eosinofil. Jumlah dalam aliran darah berkisar antara 2 sampai 8% dari jumlah leukosit, berdiameter 10 – 15 µm. Inti bergelambir dua, dikitari butir-butir asidofil yang cukup besar berukuran 0,5 sampai 1,0 µm dan jangka hidupnya 3 sampai 5 hari. Hubungan antar-dua gelambir sering tertutup oleh butir sekreta sehingga tidak jelas.
Penelitian dengan mikrograf elektron pada leukosit eosinofil menunjukkan adanya apparatus golgi dengan gelembung pipih dan gelembung kecil-kecil berisi materi sekreta. Butir spesifik ada dua macam; butir eusinofil pada kuda dan sapi bersifat homogen, sedangkan pada anjing, kucing dan kambing, butir eosinofil memiliki selaput dan kristaloid yang memiliki pusat lamina pekat elektron dikitari matriks homogen yang kurang pekat.
Leukosit eosinofil berperan aktif dalam mengatur alergi akut dan proses pembarahan, mengatur investasi parasit, dan memfagositose bakteri, antigen-antibodi kompleks, mikoplasma dan ragi. Juga mengandung histaminase, yang mengaktifkan histamin dan pelepasan serotonin dari sel tertentu, juga melepas zinc yang menghalangi agregasi trombosit dan migrasi makrofag. Ada beberapa indikasi bahwa leukosit eosinofil dapat memperbesar koagulasi dan fibrinolisis dan menghambat granulopoiesis.

Agranulosit
Dua tipe agranulosit, yaitu limposit dan monosit tidak memiliki butir sitoplasmik spesifik, tetapi sering mengandung butir azurofil yang tidak spesifik. Agranulosit selanjutnya ditandai dengan adanya inti lonjong, bulat dengan lekuk khas.
Limposit. Persentase limposit pada darah ferifer tergantung pada spesiesnya. Pada anjing, kucing,dan kuda antara 20 sampai 40%, pada ruminansia antara 60 sampai 70%. Pada sediaan ulas dan diwarnai dapat dibedakan adanya limposit besar dan kecil. Limposit besar adalah bentuk yang belum dewasa, dan sering disebut prolymphocytes) atau sel “blas” besar.
Limposit menunjukkan ketidaksamaan dalam bentuk maupun fungsinya, karena sifatnya yang plastik dan mampu bergerak serta dapat mengubah bentuk dan ukurannya. Sifat limposit mampu menerobos jaringan atau organ tubuh lunak, karena menyediakan zat kebal untuk pertahanan tubuh. Limfosit kecil berdiameter 6 sampai 9 µm, inti besar dan kuat mengambil zat warna, dikitari sedikit sitoplasma yang berwarna biru pucat. Lazimnya inti memiliki sedikit lekuk pada satu sisi. Pada sediaan ulas, inti begitu gelap sehingga nukleolus tidak tampak. Sitoplasma yang sedikit, mengandung banyak poliribosom dan sedikit mitokondria. Bila butir azurofil ada, lazimnya tampak di daerah lekuk inti.
Limfosit besar, berdiameter 12 sampai 15 µm, memiliki lebih banyak sitoplasma, dan inti lebih besar dan sedikit pucat dibandingkan dengan limposit kecil. Butir azurofil tampak di daerah lekuk ini dn mengujian dengan mikroskop elektron menunjukkan sepasang sentriol yang dikitari oleh apparatus golgi. Limfosit besar memiliki apparatus golgi lebih jelas, nukleolus serta mitokondria lebih besar.

MONOSIT.
Monosit adalah leukosit terbesar yang berdiameter 15 sampai 20 µm dan berjumlah 3 sampai 9% dari seluruh sel darah putih. Terdapat kesulitan dalam identifikasi monosit dengan adanya bentuk transisi antara limposit kecil dan besar, karena terdapat kemiripan satu sama lain. keadaan ini jelas bila mempelajari sediaan ulas darah sapi. Uraian tentang bentuk transisi akan diberikan pada pembahasan tiap spesies yang berbeda.
Sitoplasma monosit lebih banyak dari limfosit, dan berwarna biru abu-abu pucat. Sering tampak adanya butir azurofil halus seperti debu. Inti berbentuk lonjong , seperti ginjal atau mirip tapal kuda, jelasnya memiliki lekuk cukup dalam. Kromatin inti mengambil warna lebih pucat dari limfosit. Inti memiliki satu sampai tiga nukleus, tetapi tidak tampak pada sediaan ulas yang diwarnai.

Monosit darah tidak pernah mencapai dewasa penuh sampai bermigrasi ke luar pembuluh darah masuk jaringan। Selanjutnya dalam jaringan menjadi makrofag tetap, seperti pada sinusoid hati, sumsum tulang, alveoli paru-paru, dan jaringan limfoid. Sering terletak berdekatan dengan endotel pembuluh darah. Dalam jaringan limfoid sumsum tulang dan sinusoid hati, makrofag tetap lazimnya melekat pada penjuluran dendritik dari sel retikuler.
http://www.rafani.co.cc/2009/05/leukosit.html

Leukosit adalah butir darah putih yang berfungsi sebagai penyerang agen asing yang masih ke tubuh, baik yang bersifat biologik (hidup) maupun non-biologik (sat / bahan lain yang tanpa kehidupan). Leukosit menyerang berdasarkan 'pengalaman yang terpateri' (memori leukosit-limfosit). Bila jumlahnya kurang dan apalagi bila kualitas / aktivitasnya tidak baik, maka pertahanan tubuh jadi lemah, mudah terkena penyakit. Hal ini tentunya akan berbahaya. Penyakit akibat infeksi kuman atau virus akan cepat menjalar dan merusak sel / jaringan tubuh dan ini kalau berlanjut akan berakibat fatal. Demikian penjelasan saya, semoga bermanfaat.

BILA LEUKOSIT SUSUT ATAU MELEJIT...
Sel darah putih atau Leukosit merupakan " bala tentara" kita. Tugasnya melindungi tubuh agar tahan menghadapi serangan kuman, entah itu virus, bakteri, atau sejenisnya.Pendek kata leukosit berperan penting dalam sistem kekebalan tubuh.


Dalam melakukan aktivitas sehari-hari manusia tidak luput dari serangan berbagai macam kuman pembawa bibit penyakit. Beruntung, tidak setiap serangan tersebut bisa merobohkan tubuh, berkat pasukan tempur yang selalu siap melawan kuman. Pasukan tempur itu adalah sel darah putih yang dikenal dengan sebutan leukosit.

Sebagai gambaran, luka akibat goresan merupakan pintu masuk bagi kuman. Nah, di daerah luka itulah sel darah putih akan berkumpul dan berperang melawan kuman hingga tuntas. Bagian tubuh yang luka seringkali tampak merah dan membengkak serta seringkali mengeluarkan nanah. Itu merupakan efek dari peperangan kuman melawan sel darah putih.

Jika sel darah putih menang, kuman akan hilang dan tubuh kembali normal. Sebaliknya, jika sel darah putih kalah, diperlukan obat-obatan dari luar untuk membantu sel darah putih melawan kuman. Bisa dibayangkan betapa pentingnya sel darah putih dalam tubuh kita.



GANGGUAN SUMSUM TULANG

Sebagian orang pernah mengalami kekurangan sel darah putih atau disebut Leukopenia. Kondisi ini terjadi bila jumlah sel darah putih kurang dari 5.000 dalam setiap tetes darah. Manusia normalnya memiliki sel darah putih berjumlah 5.000 hingga 10.000 dalam setiap tetes darahnya.
Leukopenia bisa disebabkan sumsum tulang mengalami gangguam. Sum-sum tulang merupakan produsen sel darah putih. Jika sum-sum tulang bermasalah, otomatis jumlah sel darah putih akan mengalami gangguan juga.

Leukopenia bisa juga disebabkan oleh infeksi. Infeksi dari kuman atau bakteri bisa menyebabkan penurunan jumlah sel darah putih. Kurangnya sel darah putih juga bisa terjadi karena adanya penyakit autoimun seperti HIV/AIDS atau lupus.

Pengaruh obat-obatan seperti efek dari kemoterapi pun bisa menyebabkan terjadinya leukopenia.
Beberapa jenis obat yang digunakan pada kemoterapi bisa merusak sum-sum tulang, sehingga produksi sel darah merah menurun. Meski demikian, kondisi ini tidak selalu terjadi pada setiap orang, bergantung kondisi masing-masing pasien.

Namun, keadaan ini tidak berlangsung lama pada pasien yang menjalani kemoterapi. Biasanya jumlah sel darah putih akan menurun selama beberapa hari. Ini disebabkan oleh efek obat kemoterapi, tetapi kemudian leukosit akan kembali pada jumlah normal lagi.


KANKER DARAH


Penyebab lain dari leukopenia adalah kanker, terutama kanker darah. Banyak orang beranggapan bahwa kanker akan memicu jumlah leukosit. Padahal kanker juga bisa menurunkan kadar leukosit. Apalagi jika kanker tersebut sudah menyerang sumsum tulang dan menyebar ke seluruh tubuh. Penyebab ini yang seringkali luput atau menipu perhatian dokter.

Kekurangan sel darah putih bisa menyebabkan seseorang rentan terserang penyakit ataupun infeksi. Bahkan penyakit ringan seperti flu saja bisa membuat pasien leukopenia menderita hebat.

Ini diakibatkan kurangnya pasukan tempur dalam tubuh. Penyakit yang seharusnya bisa dengan mudah ditangani oleh tubuh menjadi sulit sembuh.


ATASI PENYEBABNYA

Leukopenia seringkali diketahui ketika pasien memeriksakan diri ke dokter karena keluhan penyakit. Penyakit yang dialami itu kerap kali merupakan gejala dari leukopenia.
Cara tercepat untuk mengetahuinya adalah dengan melakukan tes jumlah darah putih. Kemudian dokter akan memeriksa penyebab terjadinya penurunan jumlah sel darah putih. Jika sudah diketahui, barulah bisa ditentukan cara pengobatannya.

Untuk saat ini cara paling efektif untuk menangani leukopenia adalah dengan mengatasi penyebabnya. Jika leukopenia disebabkan oleh infeksi, obati saja infeksinya. Jika disebabkan oleh kanker, obatilah kankernya.

Belu ada pola makan atau diet yang berhubungan untuk menambah jumlah sel darah putih. Kalau leukopenia dikarenakan kanker, pola makan tidak bisa menaikkan jumlah leukosit. Karena itu mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang lebih untuk membantu proses pemulihan.

PENYEBAB LEUKOSIT TURUN NAIK

Kadar sel darah putih atau leukosit yang terlalu tinggi atau leukositosis, bisa mengindikasikan:

* Naiknya produksi leukosit guna melawan infeksi.
* Reaksi obat-obatan.
* Penyakit pada sumsum tulang, sehingga produksi leukosit menjadi abnormal.
* Gangguan sistem imun.

Pemicu spesifik yang meningkatkan kadar sel darah putih, yaitu:

* Leukemia limfositik akut/ kronis.
* Leukemia myelogenous akut/ kronis.
* Alergi parah.
* Obat kortikosteroid dan epinefrin.
* Campak.
* Infeksi bakteri.
* Infeksi virus
* Rematoid artritis.
* Penyakit TBC.
* Batuk rejan.
* Kerusakan jaringan, misalnya akibat luka bakar.
* Stress psikis dan fisik.
* Merokok.


Sementara kadar sel darah putih bisa juga turun di bawah normal ( kurang dari 3.500 sel per mikroliter darah) karena :

* Infeksi virus.
* Kelainan kongenital yang terkait dengan fungsi sumsum tulang.
* Kanker.
* Gangguan autoimun.
* Obat-obatan yang merusak sel darah putih.

Pemicu spesifik yang menurunkan leukosit :
* Alergi berat.
* Anemia aplastis.
* Kemoterapi.
* Obat-obatan antibiotik, diuretik, dan prednison.
* HIV/AIDS.
* Hipertiroid.
* Penyakit infeksi.
* Penyakit lupus
* Terapi radiasi.
* Rematoid artritis.
* Kekurangan vitamin.


BELUM TENTU LEUKEMIA

Sel darah putih atau leukosit bertugas melindungi tubuh dari serangan bakteri dan virus. Jumlah sel darah putih akan meningkat jika tubuh diserang kuman. Ini dilakukan untuk mengimbangi jumlah kuman yang masuk. Kondisi jumlah leukosit di atas batas normal disebut leukemia atau leukositosis.

Sel darah putih juga bisa berkembang biak melebihi batas normal, meski tubuh tidak diserang infeksi. Sumsum tulang belakang memproduksi sel-sel darah putih dalam jumlah yang sangat banyak.
Sayangnya tidak semua sel darah putih tersebut layak disebut sel normal.
Kebanyakan dari mereka tidak normal atau tidak berfungsi selayaknya.

Jika berlangsung terus jumlah sel darah putih abnormal ini akan menumpuk dan berbalik menyerang fungsi organ tubuh kita sendiri. Hal ini bisa disebabkan banyak hal. Yang paling umum ditemui adalah karena kanker darah atau kanker leukemia.
Kanker ini memiliki banyak variasi dan bisa menyerang orang dewasa maupun anak-anak.


GEJALA LEUKEMIA

Gejala leukemia antara lain: demam, mudah lelah, kehilangan berat secara drastis, atau mudah berdarah. Bisa juga sering tersengal-sengal, rasa sakit pada tulang, dan berkeringat sangat banyak terutama di malam hari.
Gejala ini tentu tidak semua sama pada setiap orang. Pada orang-orang tertentu bisa saja muncul sebagai gejala flu atau demam biasa, sehingga terabaikan. Bahkan ada yang tidak menggejala sama sekali.

Namun, gejala tadi tidak bisa menjadi acuan pasti adanya leukemia. Bisa saja karena tubuh sebenarnya sedang melawan kuman, jadi memproduksi leukosit lebih banyak.

Untuk memastikan perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium. Terutama pemeriksaan jumlah sel darah putih.

FAKTOR LEUKEMIA


Beberapa faktor leukemia antara lain: sering menjalani kemoterapi dan bekerja dengan bahan kimia. Meski demikian, tidak setiap orang yang memiliki faktor risiko akan mengalami leukemia.
Ada orang yang tidak memiliki faktor risiko, tetapi terkena leukemia. Itu bisa saja karena faktor genetik.


MACAM_MACAM TERAPI LEUKEMIA

Leukemia bukan kanker berbentuk padat yang dapat diangkat lewat operasi. Pengobatan leukemia terbilang rumit, tergantung dari usia, kondisi tubuh pasien, dan tipe leukemianya. Belum lagi jika kanker tersebut sudah menyebar ke banyak bagian tubuh.

Pilihan terapi untuk leukemia antara lain:

1. KEMOTERAPI

Kemoterapi adalah: pengobatan yang umum dilakukan untuk menangani leukemia. Terapi ini menggunakan cairan kimia untuk membunuh sel leukemia.
Pasien bisa hanya menerima satu jenis obat atau berbagai macam obat, bergantung dari jenis leukemianya. Cara pengobatannya bisa dalam bentuk pil atau disuntikkan ke dalam saluran darah.

2. TERAPI BIOLOGIS

Dikenal juga sebagai terapi imuno.Terapi biologis menggunakan berbagai macam substansi untuk meningkatkan kekebalan tubuh pasien agar kuat melawan sel kanker.

3. TERAPI KINASE INHIBITOR

Obat yang mengandung zat imatinib mesilat ini merupakan pilihan pertama bagi kebanyakan penderita leukemia jenis myelogen kronis.


4. TERAPI OBAT LAIN

Arsenik trioksida dan semua jenis asam trans retinoik merupakan obat antikanker. Cara kerjanya membuat sel leukemia menjadi tua dan mati.

5. TERAPI RADIASI

Terapi yang menggunakan sinar x ini bertujuan untuk menghancurkan sel leukemia dan menghentikan pertumbuhannya. Pasien bisa disinari hanya pada bagian tertentu tubuhnya, lokasi sel leukemia berada. Jika sel leukemia sudah menyebar, tentu seluruh tubuh harus disinar.

6. TRANSPLANTASI SUMSUM TULANG BELAKANG

Proses ini bertujuan mengganti sumsum tulang belakang yang sudah terkontaminasi leukemia dengan sumsum tulang belakang yang masih bersih dan sehat.

7. TERAPI SEL PUNCA

Serupa dengan transplantasi sumsum tulang belakang. Bedanya, terapi ini menggunakan sel induk yang berada dalam aliran darah. Sel punca bisa diambil dari dalam tubuh pasien sendiri atau dari donor yang cocok dengan tubuh pasien.
Para dokter lebih sering menggunakan terapi ini karena masa pemulihan lebih cepat dan tingkat risiko terkena infeksi lebih rendah.
http://kupukupudanpelangi.blogspot.com/2009/09/bila-leukosit-susut-atau-melejit.html

No comments:

Post a Comment